Antara Rumah dan Sekolah
Pada gilirannya, pekerjaan-pekerjaan seseorang itu pasti akan sampai pada jenjang pemantapan. Apa yang ia lakukan itu melambangkan jati diri dan kepribadiannya. Dan salah satu bagian dari kepribadian ini ada yang bersifat moral. Contohnya seperti sifat jujur dan bisa dipercaya. Sifat-sifat moral dalam pembentukan pribadi itu bermuara pada
masyarakat, karena pada hakekatnya seseorang itu adalah wujud masyarakat atau insan sosial.
Pengaruh pertama yang diterima oleh seorang anak dalam hidupnya, ialah pengaruh sosok-sosok yang berada disekelilingnya. Di lingkungan rumah mereka, adalah ayah dan
keluarganya. Ketika beranjak besar sedikit. ia mulai bergaul dengan anak-anak usia sebayanya atau yang lebih tua sedikit darinya. Lalu tiba gilirannya, ia akan bergaul dan mengenal sosok guru. Pada usia seperti ini, lazimnya seorang anak
belum bisa mempertimbangkan segala sesuatu dan belum mampu menentukan target-target sesuatu yang hendak dikerjakannya. Ia melakukan aktivitas sesuai dengan kemauan fitrah jiwanya. Dan sosok baru yang membawa pengaruh hal tersebut dan yang dianggap sosok paling menonjol bagi dirinya dan juga bagi semua anak, ialah sosok guru atau pengajar. Bagi anak-anak, yang ada di hadapan mereka hanyalah seorang guru. Guru lah yang ia kenal mulai dari pagi-pagi sekali hingga siang hari. Guru lah yang mengajari
mereka. Guru lah yang mengingatkan apabila mereka salah jalan. Gurulah yang menjadi imam shalat bagi mereka setelah tiba saatnya. Tidak berlebihan kalau dikatakan, bahwa seorang guru benar-benar menguasai mereka. Di usia yang masih
kecil, anak-anak itu ibarat sebuah adonan yang gampang untuk dibentuk menjadi apa saja.
Satu hal yang menguatkan bahwa anak-anak itu terpengaruh oleh sosok guru, ialah ucapan “Uqbah bin Abu Sufyan” kepada seorang guru yang dipercaya mendidik putera-puteranya seperti yang dikutip oleh “Al-Jahizh” berikut
ini,
"Sebelum kamu memperbaiki akhlak putera-puteraku, sebaiknya kamu perbaiki dahulu akhlak sendiri. Soalnya mata mereka terikat dengan matamu. Sesuatu yang baik menurut mereka ialah apa yang kamu anggap baik, dan sesuatu yang buruk menurut mereka ialah apa yang kamu anggap buruk.
Kendala-kendala yang Dihadapi Orang tua dan Para Pendidik
mungkin satu hal sangat penting yang perlu diingatkan kepada orangtua dan para pendidik ialah, bahwa jalan yang terbentang di hadapan mereka tidaklah mulus. Ada beberapa kendala besar yang menghadang mereka. Kendala-kendala yang mereka hadapi dan harus dapat mereka taklukkan antara lain adalah sebagai berikut:
1. Kendala pertama ialah berupa ciri khas dan karakteristik remaja yang cenderung keras kepala dan berani menentang pengarahan ayah dan guru. Atas nama kebebasan, mereka
berani mendebat dan membantah. terutama dalam masalah-masalah agama sampai pada ambang batas meragukan kebenarannya. Kenyataan ini jelas memerlukan banyak kesabaran, kesantunan dan sikap lapang dada dari kaum ayah dan Para Pendidik
2. Kendala kedua yang tidak kalah bahayanya dari kendala pertama tadi, ialah kegigihan musuh-musuh Islam dan musuh kaum muslimin untuk menarik putera-putera kita agar menjauhi agama, nilai-nilai yang luhur, dan tradisi-tradisi yang mulia. Dalam usahanya itu, mereka menggunakan berbagai instrumen yang dapat membius hati serta perasaan putera-putera kita. Dengan sangat cerdik mereka menawarkan konsep kebebasan dan kemerdekaan dalam berpikir serta berpendapat.
Tentu saja konsep yang kebetulan sama seperti yang diinginkan para remaja ini karena hal itu memang sangat sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan jiwanya yang cenderung sedang mencari identitas diri dengan spontan mereka sambut. Ini seperti kata seorang penyair.
“Suatu akan berhasil mempengaruhi seseorang Apabila sesuai dengan keinginan di hatinya”
Mengingat pikiran dan agama para remaja itu relatif masih kosong, dengan serta merta racun itu mereka telan begitu saja. Ini seperti kata seorang penyair,
“Cinta yang datang padaku sebelum aku mengenal cinta Dan hatiku yang masih kesepian ini segera menerimanya”
3. Kendala ketiga yang harus dihadapi oleh orang tua dan para pendidik ialah kemajuan pesat yang cukup mencengangkan di bidang sarana-sarana informasi dan komunikasi baik berupa media penyiaran, media penerbitan dan media televisi. Rasanya sulit kalau tidak boleh disebut mustahil- membendung pengaruh arus kemajuan tersebut masuk ke akal pikiran dan jiwa putera-putera kita. Satu-
satunya pertahanan yang secara mendasar bisa diandalkan. ialah pertahanan diri dan kemauan yang kuat, Belakangan ini. perangkat video, VCD, internet dan lain sebagainya merupakan bentuk bahaya besar yang mengancam putera-putra kita di bidang agama, budaya dan pendidikan. Kita tidak dibenarkan menipu diri karena menggantungkan tanggung jawab pada perangkat pengawasan dalam pemerintah. Pengawasan apapun bentuknya di seluruh dunia ini tidak akan ada yang sanggup mencegah dan menghentikan serangan perang budaya yang dilancarkan dari luar serta dari dalam tersebut, Satu keping kaset VCD saja misalnya, sudah sanggup mempengaruhi pola-pikir prilaku,sikap dan mental seorang anak, Itu hanya sekadar contoh supaya kita tahu bahwa pengawasan sejati hanya bisa diwujudkan dari dalam diri kita sendiri. Artinya, kita harus punya kemauan dan tekad yang kuat untuk menghadapi bahaya yang merusak yang secara halus memasuki rumah-rumah kita.
Pada gilirannya, pekerjaan-pekerjaan seseorang itu pasti akan sampai pada jenjang pemantapan. Apa yang ia lakukan itu melambangkan jati diri dan kepribadiannya. Dan salah satu bagian dari kepribadian ini ada yang bersifat moral. Contohnya seperti sifat jujur dan bisa dipercaya. Sifat-sifat moral dalam pembentukan pribadi itu bermuara pada
masyarakat, karena pada hakekatnya seseorang itu adalah wujud masyarakat atau insan sosial.
Pengaruh pertama yang diterima oleh seorang anak dalam hidupnya, ialah pengaruh sosok-sosok yang berada disekelilingnya. Di lingkungan rumah mereka, adalah ayah dan
keluarganya. Ketika beranjak besar sedikit. ia mulai bergaul dengan anak-anak usia sebayanya atau yang lebih tua sedikit darinya. Lalu tiba gilirannya, ia akan bergaul dan mengenal sosok guru. Pada usia seperti ini, lazimnya seorang anak
belum bisa mempertimbangkan segala sesuatu dan belum mampu menentukan target-target sesuatu yang hendak dikerjakannya. Ia melakukan aktivitas sesuai dengan kemauan fitrah jiwanya. Dan sosok baru yang membawa pengaruh hal tersebut dan yang dianggap sosok paling menonjol bagi dirinya dan juga bagi semua anak, ialah sosok guru atau pengajar. Bagi anak-anak, yang ada di hadapan mereka hanyalah seorang guru. Guru lah yang ia kenal mulai dari pagi-pagi sekali hingga siang hari. Guru lah yang mengajari
mereka. Guru lah yang mengingatkan apabila mereka salah jalan. Gurulah yang menjadi imam shalat bagi mereka setelah tiba saatnya. Tidak berlebihan kalau dikatakan, bahwa seorang guru benar-benar menguasai mereka. Di usia yang masih
kecil, anak-anak itu ibarat sebuah adonan yang gampang untuk dibentuk menjadi apa saja.
Satu hal yang menguatkan bahwa anak-anak itu terpengaruh oleh sosok guru, ialah ucapan “Uqbah bin Abu Sufyan” kepada seorang guru yang dipercaya mendidik putera-puteranya seperti yang dikutip oleh “Al-Jahizh” berikut
ini,
"Sebelum kamu memperbaiki akhlak putera-puteraku, sebaiknya kamu perbaiki dahulu akhlak sendiri. Soalnya mata mereka terikat dengan matamu. Sesuatu yang baik menurut mereka ialah apa yang kamu anggap baik, dan sesuatu yang buruk menurut mereka ialah apa yang kamu anggap buruk.
Kendala-kendala yang Dihadapi Orang tua dan Para Pendidik
mungkin satu hal sangat penting yang perlu diingatkan kepada orangtua dan para pendidik ialah, bahwa jalan yang terbentang di hadapan mereka tidaklah mulus. Ada beberapa kendala besar yang menghadang mereka. Kendala-kendala yang mereka hadapi dan harus dapat mereka taklukkan antara lain adalah sebagai berikut:
1. Kendala pertama ialah berupa ciri khas dan karakteristik remaja yang cenderung keras kepala dan berani menentang pengarahan ayah dan guru. Atas nama kebebasan, mereka
berani mendebat dan membantah. terutama dalam masalah-masalah agama sampai pada ambang batas meragukan kebenarannya. Kenyataan ini jelas memerlukan banyak kesabaran, kesantunan dan sikap lapang dada dari kaum ayah dan Para Pendidik
2. Kendala kedua yang tidak kalah bahayanya dari kendala pertama tadi, ialah kegigihan musuh-musuh Islam dan musuh kaum muslimin untuk menarik putera-putera kita agar menjauhi agama, nilai-nilai yang luhur, dan tradisi-tradisi yang mulia. Dalam usahanya itu, mereka menggunakan berbagai instrumen yang dapat membius hati serta perasaan putera-putera kita. Dengan sangat cerdik mereka menawarkan konsep kebebasan dan kemerdekaan dalam berpikir serta berpendapat.
Tentu saja konsep yang kebetulan sama seperti yang diinginkan para remaja ini karena hal itu memang sangat sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan jiwanya yang cenderung sedang mencari identitas diri dengan spontan mereka sambut. Ini seperti kata seorang penyair.
“Suatu akan berhasil mempengaruhi seseorang Apabila sesuai dengan keinginan di hatinya”
Mengingat pikiran dan agama para remaja itu relatif masih kosong, dengan serta merta racun itu mereka telan begitu saja. Ini seperti kata seorang penyair,
“Cinta yang datang padaku sebelum aku mengenal cinta Dan hatiku yang masih kesepian ini segera menerimanya”
3. Kendala ketiga yang harus dihadapi oleh orang tua dan para pendidik ialah kemajuan pesat yang cukup mencengangkan di bidang sarana-sarana informasi dan komunikasi baik berupa media penyiaran, media penerbitan dan media televisi. Rasanya sulit kalau tidak boleh disebut mustahil- membendung pengaruh arus kemajuan tersebut masuk ke akal pikiran dan jiwa putera-putera kita. Satu-
satunya pertahanan yang secara mendasar bisa diandalkan. ialah pertahanan diri dan kemauan yang kuat, Belakangan ini. perangkat video, VCD, internet dan lain sebagainya merupakan bentuk bahaya besar yang mengancam putera-putra kita di bidang agama, budaya dan pendidikan. Kita tidak dibenarkan menipu diri karena menggantungkan tanggung jawab pada perangkat pengawasan dalam pemerintah. Pengawasan apapun bentuknya di seluruh dunia ini tidak akan ada yang sanggup mencegah dan menghentikan serangan perang budaya yang dilancarkan dari luar serta dari dalam tersebut, Satu keping kaset VCD saja misalnya, sudah sanggup mempengaruhi pola-pikir prilaku,sikap dan mental seorang anak, Itu hanya sekadar contoh supaya kita tahu bahwa pengawasan sejati hanya bisa diwujudkan dari dalam diri kita sendiri. Artinya, kita harus punya kemauan dan tekad yang kuat untuk menghadapi bahaya yang merusak yang secara halus memasuki rumah-rumah kita.
0 komentar:
Posting Komentar